Friday, April 26
Shadow

Menjaga Kesehatan Mental di Era Pandemi dengan Mengamalkan Sholawat Wahidiyah

SHARE

Penulis  : Lingga Bio Eldin (DPC PSW Kabupaten Tulungagung)

Pendahuluan

Kondisi mental manusia saat Pandemic Covid-19 memerlukan perhatian yang ekstra. Selain berefek pada kesehatan fisik dan ekonomi, Pandemic Covid-19 juga menyebabkan masalah serius pada kesehatan mental manusia. Menurut Dr. dr. Fidiansjah, Sp. Kj., MPH dalam paparan materi DCU 2020, pada masa awal pandemi terjadi fenomena yang disebut dengan “badai nalar”. Badai nalar ini dipahami akibat penyebaran berita yang masih, terkesan menakutkan dan kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga menyebabkan manusia menjadi kebingungan dan salah arah.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei mengenai tiga aspek psikologis yaitu cemas, depresi dan trauma yang dilakukan terhadap 1.552 responden pada 23 April 2020. Pada aspek kecemasan, terdapat 63% responden yang mengakui mengalami kecemasan di masa pandemi. Gejala kecemasan ini akibat dari rasa khawatir akan suatu hal buruk yang akan terjadi, mudah marah dan sulit merasa rileks.  66% respon mengalami depresi yang dikarenakan memiliki gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah, tidak bertenaga dan kehilangan minat. Selanjutnya mengenai aspek trauma, terdapat 80% responden mengalami gejala stres pascatrauma dikarenakan mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait Covid-19. Gejala dari stres pascatraumatic yang paling menonjol yaitu merasa berjarak dan terpisah dari orang lain serta merasa selalu was-was dan hati-hati. Pemaparan data tersebut telah menggambarkan dengan gamblang bagaimana masyarkat kita sedang mengalami masalah psikis yang serius.

Gangguan Mental yang Muncul Akibat Pandemi

Sebuah berita yang cukup mencengangkan dimuat oleh detik.com pada akhir Juli 2020. Berita tersebut menerangkan bahwa seorang pasien Covid-19 di Surabaya melakukan bunuh diri dengan cara meloncat dari lantai 6 Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Korban diduga mengalami depresi karena sudah tujuh kali melakukan tes swab dan selalu mendapat hasil positif.

Dalam Laporan Gugus Tugas Covid-19 diterangkan bahwa 80% persoalan Covid-19 adalah persoalan psikologis sedangkan sisanya adalah persoalan fisik. Fiorill & Gorwood (2020) menyatakan bahwa kebijakan karantina, menjaga jarak dan isolasi mandiri memiliki efek buruk pada psikologis karena meningkatkan kesepian dan kurangnya interaksi sosial. Hal ini dapat menjadi faktor penyebab gangguan mental seperti skizofrenia dan depresi major. Aspek lain yang memicu gangguan mental adalah stigma negatif dan diskriminasi kepada orang yang terinfeksi Covid-19 dan tenaga kesehatan. Wujud nyata stigma negatif dan diskriminasi diantaranya adalah dikucilkan, menghindari tenaga kesehatan, diusir dari tempat tinggal dan dilarang menggunakan fasilitas umum. Hal ini selaras dengan survei dari peneliti Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan UI bersama dengan Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) pada April-Mei 2020 kepada 2.132 perawat di seluruh Indonesia. Survei tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50% tenaga kesehatan mengalami kecemasan dan depresi, bahkan ada yang berfikiran untuk bunuh diri.

Menyehatkan Mental Melalui Metode Dzikir

Perasaan was-was, takut, khawatir dan ragu-ragu adalah penyakit hati. Dalam Surat Yunus Ayat 57, “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang ke padamu suatu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Sesuai dengan ayat tersebut, akar problematika manusia terletak di dalam dadanya dan Al Quran memberi solusi atas problematika manusia tersebut. Penyebutan kata “dada” ini berarti hati. Terdapat beberapa penyakit hati seperti ragu, dengki dan takabur. Selain itu hati juga berfungsi untuk wadah menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak, membentuk ketenangan dan kegelisahan (Latief, 2014).

Hati merupakan pusat spiritual, ketika mengingat Allah hati akan menjadi tenang, tentram dan terhindar dari kegundahan. Dzikir adalah kata lain dari mengingat Allah. Seorang manusia yang mampu menghadirkan Allah dalam hatinya, maka mentalnya akan lebih siap untuk menghadapi perubahan apapun karena dia sadar bahwa semua gerak-geriknya dalam pengawasan Allah SWT. Dengan kesadaran ini, manusia akan terus mengalami semangat dan optimisme dalam menjalani hidup. Dzikir memiliki banyak keutamaan, beberapa di antaranya adalah terlindung dari godaan setan, tidak mudah menyerah dan putus asa, memberi ketenangan jiwa dan hati, mendapat cinta dan kasih sayang Allah SWT. Salah satu bentuk lain dari dzikir adalah sholawat. Jika seseorang bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW maka dia sedang mendoakan beliau (Rojaya, 2009). Ketika sesoarang medoakan rosul, maka secara otomatis dia sedang mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, maka perasaan hati akan tenang dan tentram.

Pengamalan Sholawat Wahidiyah untuk Menyehatkan Mental

Frager (2014) berpendapat bahwa hati ini adalah sebuah kuil yang ditempatkan Tuhan di dalam diri setiap manusia. Kuil sebuah rumah suci untuk menampung percikan Ilahi di dalam setiap diri manusia. Di dalam hadits terkenal, Tuhan berkata, “Aku, yang tidak cukup ditampung oleh langit dan bumi, melainkan Aku tertampung di dalam hati seorang beriman yang tulus”. Kuil di dalam diri manusia ini lebih berharga daripada kuil tersuci sekalipun di muka bumi ini. Agar hati senantiasa bersih, maka  harus sering melakukan pembersihan hati dengan pendayagunaan kekuatan atau potensi batiniyah dalam bentuk do’a. Sholawat yang cocok dalam urusan membersihkan hati adalah Sholawat Wahidiyah. Sholawat Wahidiyah berfungsi untuk menjernihkan hati dan ma’rifat billah.

Dalam wahidiyah terdapat amalan-amalan do’a sholawat yang sudah dibakukan oleh KH. Abdul Madjid Ma’roef (Muallif Sholawat Wahidiyah). Kegiatan mengamalkan sholawat wahidiyah bernama mujahadah. Menurut Listiya (2018), manfaat bermujahadah (mengamalkan Sholawat Wahidiyah) adalah mendatangkan kebahagiaan. Seseorang yang telah terbiasa bermujahadah akan merasakan peningkatan dalam kualitas beribadah, memiliki orientasi hidup yang jelas, hati menjadi tentram, muncul sikap rendah hati dan mulai bisa mengingat Allah.

Dalam buku Kuliah Wahidiyah, dijelaskan bahwa Sholawat Wahidiyah dikaruniai kegunaan dan manfaat yang banyak sekali dan sangat efektif buat segala macam kepentingan dunia dan akhirat, buat kebutuhan jasmani dan kebutuhan ruhani, buat kepentingan spiritual maupun kepentingan yang bersifat materiil. Gangguan mental akibat Pancemic Covid-19 adalah salah satu kebutuhan yang kompleks dan urgent. Dengan senantiasa bermujadah maka hati akan merasa damai dan tentram. Jika hati sudah tentram, maka secara otomatis kesehatan mental akan terjaga. Karena hati seseorang yang dekat dengan Allah akan terhindar dari semua penyakit hati yang menjadi penyebab utama seseorang tersebut merasa was-was, khawatir dan takut yang berlebihan. Jadi Sholawat Wahidiyah sangat berperan penting dalam upaya menjaga maupun menyehatkan manusia di era Pandemic Covid-19 ini.

Daftar Pustaka

 

Tentang Penulis

Lingga Bio Eldin terlahir sebagai anak pertama pada tanggal 15 September 1998 di kota yang terkenal dengan industri marmernya. Tercatat baru saja lulus dari jurusan Psikologi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Menggemari kehidupan organisasi dan game. Tidak suka membaca apalagi membuat tulisan. Tidak pernah mempunyai cita-cita sebagai pekerja akademis apalagi penulis. Artikel ini tidak untuk mengharapkan sebuah penghargaan, melainkan hanya pengharapan agar kita semua semakin bersemangat untuk mengamalkan dan menyiarkan Sholawat Wahidiyah khususnya di era pandemi ini.


SHARE

Leave a Reply